Inilah pengalaman ketiga saya naik kereta api, dan ini merupakan pengalaman pertama saya naik kereta api ekonomi. Perjalanan ini dimulai ketika saya bertemu dengan 2 orang teman saya di Jakarta dalam suatu acara reuni. Kedua teman saya tersebut berdomisili di sekitar Bogor yang kebetulan satu arah dengan tempat tinggal saya yang sekarang (di Bogor).

Salah satu dari teman saya tersebut bekerja di Jakarta, dan dia terbiasa pulang - pergi Jakarta-Bogor dengan naek kereta. Jadi langsung saja terpikir oleh saya untuk ikut join bersama mereka naek kereta (kebetulan saya sering ke Jakarta dan perjalanan Jakarta-Bogor dengan kereta belum pernah saya tempuh).

Pengalaman ini menjadi luar biasa bagi saya, perjalanan dengan kereta api ekonomi dengan jarak pendek (Jakarta-Bogor). Kami berangkat dari stasiun yang sangat sepi di Jakarta tepatnya di daerah Sudirman, mungkin jika saya sendirian saja disana saya tidak akan berani karena suasananya sepi, lengang, dan bisa saja orang yang tidak terlihat bersembunyi di balik semak-semak.

Kami menunggu sekitar 5 menit di stasiun, ketika kereta datang kami langsung masuk. Kereta yang kami tumpangi sudah tidak punya pintu. Sebelum saya masuk ke dalam kereta, saya sempat kaget ketika ada seorang 'anak kecil gundul(tidak punya rambut) yang melompat keluar dari kereta. Anak itu terlihat lusuh dan kotor sekali, dia melompat dari dalam kereta yang belum berhenti, sehingga saya pikir "sungguh bahaya sekali apa yang dilakukan anak tersebut, dimana orang tuanya?"

Untung malam itu kereta kosong, sehingga kami bisa mendapat tempat duduk. sewaktu berada di dalam kereta, saya bertanya ke teman saya "kita bayarnya kapan? kita tidak membeli karcis?" Tapi teman saya hanya tersenyum dan bilang "ga usah". Hah??? Ternyata kami tidak perlu bayar buat naek kereta. Saya kemudian teringat bahwa banyak orang meminta pemerintah memperbaiki infrastruktur kereta, tapi ternyata banyak pula orang yang tidak membayar kewajibannya. "Wah - wah, pantes aja klo pemerintah cuma diem aja".

Keheranan saya tidak berhenti disana, sewaktu di dalam kereta, saya melihat 'anak gundul' yang tadi melompat keluar kereta ada lagi di dalam kereta, dia duduk di lantai kereta sambil mencari - cari barang-barang di lantai kereta (entah apa yang dicari oleh anak itu). Ternyata dia adalah salah satu dari banyak anak jalanan di dalam kereta itu. Selama perjalanan itu pengemis, anak jalanan, dan pemulung di kereta tidak henti-hentinya lewat, seperti air yang mengalir, ada aja. Baru pertama kali saya melihat pengemis sebanyak itu. Kemudian saya liat ke sekeliling, saya melihat penumpang lain di dalam kereta itu, penumpang kereta itu pun kebanyakan adalah orang dengan status menengah kebawah. Jadi saya berfikir, kenapa pengemis sebanyak ini ada di kereta ini, mengapa mereka tidak mengemis di mall, atau di depan hotel, atau di tempat mewah-mewah lainnya, pasti mereka akan mendapat banyak uang disana. Tapi kemudian saya ingat, klo pengemis pasti tidak diperbolehkan memasuki area tersebut.

Disini lah saya melihat kebesaran Tuhan, betapa orang-orang biasa itu (penumpang lain di dalam kereta) dengan segala keterbatasannya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memberi saudaranya yang tidak seberuntung mereka di dalam kereta api ekonomi. Sedangkan orang-orang di tempat mewah seperti mall, hotel, restoran dll, mereka diberi kesempatan luas untuk menjadi donatur di yayasan-yayasan sosial, karena mereka pasti tidak pernah menjumpai pengemis di sekitar mereka (Somoga rantai ini benar-benar berjalan sebagaimana mestinya).

Kereta berhenti di depok, dan kami harus berganti kereta untuk menuju Bogor, disini saya membeli karcis walaupun teman kami yang laen bilang tidak perlu.(kami hanya mencoba mempertahankan idealisme kami anak muda). Ternyata karcisnya sangat murah, hanya Rp1.500,00. Di stasiun depok saya melihat langsung kereta dengan penumpang yang penuh sesak, bahkan sampai ada yang duduk di atap kereta. Sebelumnya kejadian seperti ini hanya saya lihat di TV. Sesampainya di Bogor saya langsung menuju ke shuttle bis, perjalanan ke shuttle bis ini cukup menakutkan buat saya, karena saya baru sadar bahwa malam sudah larut, saya mendapati diri saya sedang sendirian di kota yang baru buat saya dan sedang dibohongi oleh "tukang ojek" (saya diputer-puterin). wahhhhhh...... hmmmm....

Malam yang menegangkan...

Selengkapnya...